Selama ini kita menyadari bahwa kelas-kelas kita tidak produktif. Sehari-hari kelas hanya diisi dengan ceramah, sementara siswa dipaksa menerima dan menghafal materi pelajaran yang diberikan.
Dengan pendekatan kontekstual (CTL) yang mengutamakan strategi belajar daripada hasil, siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami’ dengan mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkan pada situasi dunia nyata siswa, dapat mengubah anggapan kelas yang kurang produktif menjadi kelas yang aktif dengan pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning).
Proses pembelajaran di kelas menjadi aktif dan kreatif, karena siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif di kelas, jadi siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. Kegiatan inquiry dan bertanya merupakan salah satu strategi dalam model pembelajaran kontekstual atau CTL untuk menggali sifat ingin tahu siswa. Selain itu keberadaan masyarakat belajar menjadi nilai plus dalam pembelajaran karena siswa tidak belajar sendiri tetapi saling bekerja sama (belajar dengan kelompok-kelompok) agar pengetahuan dan pemahaman lebih mendalam.
Sehingga menimbulkan kegairahan belajar siswa karena adanya kebersamaan dalam memecahkan masalah, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang lemah.
Kemudian adanya pemodelan sebagai contoh pembelajaran dapat meningkatkan semangat siswa untuk mencoba meniru seperti apa yang telah dilihatnya, dengan demikian siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam pendekatan kontekstual refleksi merupakan peranan penting, yaitu siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru saja dipelajarinya.
Yang terakhir, adanya authentic assessment untuk menilai kemampuan yang dimiliki siswa tidak hanya dari hasil ulangan tetapi dari kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran di kelas. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar Bahasa Inggris bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa menggunakan Bahasa Inggris bukan pada saat para siswa mengerjakan tes Bahasa Inggris. Jadi siswa semakin tertarik dengan pembelajaran model kontektual atau CTL karena mereka memperoleh nilai tambahan dari kegiatan pembelajarannya di kelas yang dapat mempengaruhi nilai akhirnya.
Dengan demikian, hasil belajar siswa sebagai tolak ukur yang harus diuji kebenarannya. Untuk hal ini hasil belajar siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kontektual atau CTL diperbandingkan dengan hasil belajar siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan model pembelajaran model kontektual atau CTL hasil belajarnya berbeda secara signifikan dan lebih baik daripada siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan model pembelajaran konvensional.
Perbedaan hasil belajar tersebut ditunjukkan oleh rata-rata hasil belajar, antara kelompok siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kontektual CTL dengan siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan model pembelajaran konvensional. Seperti hasil sebuah kajian bahwa hasil t-test sebesar 1,855 dan t tabel sebesar 1,69 menerima hipotesis penelitian yang menyatakan siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kontektual atau CTL hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Dengan demikian tidak diragukan lagi oleh guru, bahwa model pembelajaran kontektual atau CTL lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran tradisional. Maka dari itu, kiranya guru dapat mengaplikasikan model ini dalam pembelajaran yang dilakukan guru. Guru pada dasarnya juga dapat menguji dan meneliti bagaimana dampak model pembelajaran kontektual dapat memberikan hasil maksimal bagi siswa, apakah itu benar ?, dan jangan guru terpancing dengan temuan-temuan peneliti, dan guru juga harus dapat menguji dengan melalui penelitian tindak kelas atau action research classroom.Kalau benar, maka tentunya guru akan menggunakan dalam pembelajarannya, dan tentunya guru juga harus menularkan kepada guru-guru lainnya yang masih berkutat kepada model pembelajaran tradisional. Semoga***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar